Disembunyikan, Sejarah Kekejaman Milisi Cina Indonesia Po An Tui Antek Penjajah
- Bukti nyata Cina Indonesia antek penjajah
- Sekarang, para anak keturunan dan anak cucu laskar PO AN TUI telah berkuasa dan menguasai Indonesia, kemudian memperbudak dan menjadikan kaum pribumi sebagai kuli di negerinya sendiri. Kejahatan mereka tidak kalah hebatnya, saat di zaman Belanda terhadap pribumi. Asset ekonomi Indonesia sudah digenggam anak keturunan laskar PO AN TUI.
***
“Silahkan buka dalam sejarahnya, bahwa Po An Tui telah membunuhi pribumi muslim diberbagai daerah seperti di Pekalongan dan Glodok Jakarta,” ujar Habib Rizieq.
Dalam sejarahnya, Po An Tui selalu berkhianat. “Saat Belanda pergi dari Indonesia Po An Tui ikut Jepang, begitu Jepang hengkang dari Indonesia mereka ikut Partai Komunis Indonesia (PKI). Saat pemberontakan PKI mereka ikut PKI, mereka ikut membunuh para ulama, mereka bunuh kyai, dan mereka bunuh masyarakat pribumi,” kata Habib Rizieq.
Tidak sampai disitu, Po An Tui juga melakukan teror di jawa Barat, melakukan penculikan dan pembunuhan. Di tahun 1945, begitu Bung Karno dan Bung Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia, Po An Tui di Sumatera Utara berontak. Cina-cina di Medan angkat senjata tidak mau bergabung dengan NKRI. Di wilayah Balaraja Tangerang, Po An Tui juga berontak tidak mau bergabung dengan NKRI, akhirnya umat Islam marah, terjadi perang di Balaraja, berapa banyak laskar cina kafir yang dibunuh oleh masyarakat.
Po An Tui juga bersekutu dengan Westerling, tokoh pembantai umat Islam. Saat Westerling telah membantai umat Islam di Makassar, lalu dia lari ke Jakarta dan Jawa Barat dan ia dikejar oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Po An Tui lah yang membantu meloloskan Westerling melalui Sanfur Ancol Jakarta Utara, dari sana diselundupkan Westerling dilarikan dengan pesawat kecil menuju Singapura.
“Jadi Cina kafir ini pengkhianat, Westerling itu pembantai umat Islam Indonesia, 50 ribu umat Islam Makassar dibantai oleh Westerling, teryata Po An Tui dijaman penjajah Belanda malah membantu Westerling,” ungkap Habib Rizieq.
Bahkan, Po An Tui memusuhi sesama Cina yang muslim, jika ada cina masuk Islam mereka aniyaya, jika ada Cina anti Belanda maka akan dimusuhi.
“Namun pertanyaannya, kenapa pemerintah RI tidak memasukkan Po An Tui dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Kenapa tidak diceritakan, padahal ini adalah fakta sejarah. Kenapa PKI disebut penghianat sedangkan Po An Tui tidak?,” kata Habib Rizieq.
“Ini sejarah, tapi tidak ada di dalam buku-buku pelajaran sejarah di sekolah? Kenapa disembunyikan? Po An Tui harus masuk dalam sejarah agar bangsa Indonesia tahu sejauh apa pengkhiatan orang-orang kafir ini kepada bangsa Indonesia,” tambahnya.
“Dan sekarang, cina-cina kafir jangan mentang-mentang sudah pada pada kaya raya, sudah menguasai ekonomi, sekarang mau kuasai politik. Mereka merasa dirinya bersih, setia kepada bangsa, nasionalismenya tidak diragukan, omong kosong!” tegas Habib Rizieq.
Karena itulah, kenapa di zaman Soeharto orang-orang Cina dibatasi, tidak sembarangan jadi pejabat. Karena Soeharto paham kalau mereka sering mengkhianati Indonesia, mereka telah membantu Belanda, membantu Jepang dan membantu PKI, karena itu mereka dilarang.
“Soeharto sudah mengambil sikap yang tepat, kerena mereka patut dicurigai, orang-orang kafir ini ingin memecah belah negeri ini,” jelas Habib Rizieq.
Po An Tui berbeda dengan Habaib
Habib Rizieq menegaskan bahwa Po An Tui itu berbeda dengan para Habaib. “Alhamdulillah para habaib Zuriat Rasul datang ke Indonesia dari hari pertama mereka datang bukan sebagai penjajah, mereka datang sebagai penyebar Islam. Mereka membaur dengan bangsa Indonesia, mereka menikah dengan wanita-wanita Indonesia sampai anak-anak mereka itu yang kita kenal sebagai Wali Songo. Lalu mereka juga menikah dengan anak-anak raja pribumi, kemudian mereka menjadi sultan-sultan Islam yang sangat dicintai bangsa Indonesia,” ungkapnya.
Dan saat Belanda datang, mereka melakukan perlawanan, tidak ada dari mereka yang membantu Belanda, semuanya melakukan perlawanan. Habaibnya, Ulamanya, seperti Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Umar dimana-mana semua angkat senjata melawan penjajah, jadi tidak ada habaib yang jadi pengkhianat.
“Saya sendiri punya ayah, (alm) Sayyid Husein bin Muhammad Syihab dulu pernah ditangkap Belanda. Beliau bekerja di palang merah Belanda bertugas menyiapkan perbekalan, tapi diwaktu-waktu tertentu perbekalan dari gudang Belanda tersebut dikeluarkan ayah saya untuk membantu para gerilyawan, untuk pasukannya KH Noer Ali seorang ulama dari Bekasi yang juga sebagai pahlawan nasional,” cerita Habib Rizieq.
“Namun pada akhirnya ada pengkhianat yang membocorkan ke Belanda, lalu ayah saya ditangkap, dari depan pintu rumah diikat dengan tambang diseret menggunakan mobil jeep sampai ke penjara di Kalimalang. Ayah saya kemudian divonis hukuman mati. Begitu akan dieksekusi, pasukan gerilyawan KH Noer Ali datang menyerbu penjara dan akhirnya berhasil membebaskan seluruh tawanan termasuk ayah saya, tapi dalam pelarian beliau ditembak pantatnya namun bisa diselamatkan para gerilyawan, akibat tembakan itu beliau cacat seumur hidup.” tambahnya.
“Jadi orang tua kami bukan pengkhianat, mereka berjuang melawan Belanda, ikut membela negara bersama pejuang pribumi. Saya ceritakan itu untuk membuktikan bahwa kami beda tidak seperti Po An Tui, Habaib itu pejuang di Indonesia,” katanya.
“Jadi jangan coba-coba, orang seperti Ahok dan yang mendukung Ahok ingin membesar-besarkan jasa cina kafir di Indonesia. Dalam sejarahnya mereka itu pengkhianat, mereka yang membantai pribumi, mereka yang merusak Islam dan sekarang mau bicara soal kebangsaan, mau bicara nasionalisme. Kami habaib bukan hanya bicara tapi dari dahulu sampai saat ini kami sudah buktikan bahwa kami cinta agama dan bangsa ini dan kami tidak akan bergeser dari itu semua,” pungkas Habib Rizieq
red: adhila, Rabu, 26/11/2014 19:43:08
Tidak ada komentar:
Posting Komentar